BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
kehidupan manusia, berketerampilan motorik memegang peranan yang sangat pokok.
Seorang anak kecil sudah harus menguasai berbagai keterampilan motorik, seperti
mengenakan pakaian sendiri, mempergunakan alat-alat makan, mengucapkan
bunyi-bunyi yang berarti, sehingga dapat berkomunikasi dengan saudara-saudara
dan lain sebagainya. Pada waktu masuk SD anak memperoleh keterampilan-keterampilan
baru, seperti menulis dengan memegang alat tulis dan membuat gambar-gambar; keterampilan-keterampilan
ini menjadi bekal dalam perkembangan kognitifnya. Sewaktu anak di Sekolah
Menengah, dia masih mendapat pelajaran mengembangkan keterampilan motorik,
seperti berolah raga. Banyak pula tersedia kursus-kursus yang mengajarkan
berbagai keterampilan motorik seperti engendarai mobil, mengetik, menjahit.
B.
Rumusan
Masalah
1. Jelaskan
pengertian keterampilan motorik?
2. Apa
saja ciri-ciri dari keterampilan motorik?
3. Apa
saja aspek dari keterampilan motorik?
4. Berapakah
usia mencapai tingkat motorik?
5. Bagaimana
cara mengembangkan keterampilan motorik?
6. Bagaimana
cara mempelajari keterampilan motorik?
C.
Tujuan
1. Agar
pembaca mengetahui pengertian motorik.
2. Agar
pembaca mengetahui ciri-ciri dari keterampilan motorik.
3. Agar
pembaca mengetahui aspek-aspek keterampilan motorik.
4. Agar
pembaca mengetahui usia yang mencapai tingkat motorik.
5. Agar
pembaca mengetahui cara mengembangkan dan mempelajari keterampilan motorik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Keterampilan Motorik
Keterampilan
motorik merupakan suatu keterampilan dalam melakukan/ melaksanakan (execute)
yang menunjukkan suatu susunan keterampilan yang tinggi dalam arti perbuatan
yang dimiliki siswa secara spesifik, lancar dan efisien seperti menyetir mobil,
naik sepeda. Adanya keterampilan motrik ini menuntut kemampuan untuk merangkaikan
sejumlah gerak gerik jasmani, sampai menjadi suatu keseluruhan yang dilakukan
dengan gencar dan luwes, tanpa perlu memikirkan lagi secara mendetail apa yang
dilakukan dan mengapa dilakukan. Belajar keterampilan motorik ini mengutamakan
gerakan-gerakan otot, urat-urat dan persendian dalam tubuh, namum diperlukan
peralatan melalui alat-alat indera dan pengolahan secara kognitif yang
melibatkan pengetahuan dan pemahaman. karena kompleksitas ini, belajar keterampilan
motorik oleh sejumlah ahli psikologi belajar disebut perseptual motor skill
atau psychomotor skill
B.
Ciri-Ciri Keterampilan Motorik
Dalam
teori perkembangan anak, keterampilan motorik berkoordinasi dengan otak
sehingga sangat mempengaruhi kognitif (berpikir). Contoh , apabila mereka
terampil menggambar, menggunting atau menempel, maka gerakan-gerakan halus ini
nantinya akan membantu anak lebih mudah belajar menulis. Anak-anak SD yang
sangat kaku memegang pensil dan tulisannya tak beraturan merupakan akibat
kemampuan motorik halusnya tidak terlatih dengan baik sejak kecil.
Di
usia prasekolah, gerakan tangan anak (handstroke) sudah pada taraf mem-buat
pola (pattern making). Ini tingkat paling sulit karena anak harus membuat bangun/bentuk
sendiri. Jadi, betul-betul dituntut hanya mengandalkan imajinasinya.
Misal,
menggambar bebas, mencipta mobil balap dari lego atau membangun rumah dari
balok-balok aneka warna. Di sini anak dihadapkan pada pilihan kompleks misal
penggunaan warna dan bidang-bidang geometris. Kemudian, anak diharapkan bisa
mengomunikasikan hasil ciptaannya. Meski awalnya mungkin belum berstruktur atau
terpola rapi, minimal anak sudah mencoba kemampuan bahasanya dengan mengkomunikasikan
hasil imajinasinya pada orang lain.
Dengan
demikian, dalam patern making, anak bukan hanya dilatih keterampilan motorik
halusnya, melainkan juga struktur kognitif dan perkembangan bahasanya. Saat ia
membangun rumah dari balok-balok aneka warna, misal, struktur kognitifnya bisa
dilihat dari caranya memadukan warna, menyesuaikan bentuk antara kanan dan
kiri, dan lainnya. Di sini ia belajar melihat segala sesuatu secara
berstruktur, bahkan apa pun yang kelihatannya abstrak. Sedangkan pada
keterampilan motorik kasar, anak usia prasekolah sudah mampu menggerakkan
seluruh anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan-gerakan seperti berlari, memanjat,
naik-turun tangga, melempar bola, bahkan melakukan dua gerakan sekaligus
seperti melompat sambil melempar bola.
Ciri
khas dari keterampilan motorik ialah otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik
berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel, tanpa
dibutuhkan banyak refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti
urutan gerak-gerik tertentu.
C.
Usia-Usia Mencapai Tingkat Motorik
Perkembangan
motorik pada usia (0-4 TAHUN) ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi
dibandingkan dengan masa bayi. Anak
– anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu
menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan
motorik, anak – anak terus melaku-kan berbagai aktivitas fisik yang terkadang
bersifat informal dalam bentuk permain-an. Disamping itu, anak – anak juga
melibatkan diri dalam aktivitas permainan olah-raga yang bersifat formal,
seperti senam, berenang, dll. Beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode ini, antara
lain :
a. Anak Usia 5 Tahun
·
Mampu
melompat dan menari
·
Menggambarkan
orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan
·
Dapat
menghitung jari – jarinya
·
Mendengar
dan mengulang hal – hal penting dan mampu bercerita
·
Mempunyai
minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
·
Memprotes
bila dilarang apa yang menjadi keinginannya
·
Mampu
membedakan besar dan kecil
b. Anak Usia 6 Tahun
·
Ketangkasan
meningkat
·
Melompat
tali
·
Bermain
sepeda
·
Mengetahui
kanan dan kiri
·
Mungkin
bertindak menentang dan tidak sopan
·
Mampu
menguraikan objek-objek dengan gambar
c. Anak Usia 7 Tahun
·
Mulai
membaca dengan lancar
·
Cemas
terhadap kegagalan
·
Peningkatan
minat pada bidang spiritual
·
Kadang
Malu atau sedih
d. Anak Usia 8 – 9 Tahun
·
Kecepatan
dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
·
Mampu
menggunakan peralatan rumah tangga
·
Ketrampilan
lebih individual
·
Ingin
terlibat dalam sesuatu
·
Menyukai
kelompok dan mode
·
Mencari
teman secara aktif.
e. Anak Usia 10 – 12 Tahun
·
Perubahan
sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh yang berhubungan
·
dengan
pubertas mulai tampak
·
Mampu
melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur pakaian sendiri ,
dll.
·
Adanya
keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu orang lain
·
Mulai
tertarik dengan lawan jenis.
D.
Kawasan Psikomotorik
Kawasan psikomotor adalah kawasan yang
berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh,
atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Dengan
demikian maka kawasan psikomotor adalah kawasan yang berhubungan dengan seluk
beluk yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot oleh fikiran sehingga
diperoleh tingkat keterampilan fisik tertentu. Kelompok-kelompok tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Gerakan seluruh badan (gross body
movement)
Gerakan seluruh badan adalah
perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang memerlukan gerakan fisik secara
menyeluruh.
b. Gerakan yang terkoordinasi
(coordination movements)
Gerakan yang terkoordinasi adalah
gerakan yang dihasilkan dari perpaduan antara fungsi salah satu lebih indera
manusia dengan salah satu anggota badan.
c. Komunikasi nonverbal (nonverbal
communication)
Komunikasi non verbal adalah hal-hal yang
berkenaan dengan komunikasi yang menggunakan symbol-simbol atau isyarat,
misalnya; isyarat, dengan tangan, anggukan kepala, ekspresi wajah, dan
lain-lain.
d. Kebolehan dalam berbicara (speech
behavior)
Kebolehan dalam berbicara dalam hal-hal
yang berhubungan dengan koordinasi gerakan tangan atau anggota badan lainnya
dengan ekspresi dan kemampuan berbicara.
E.
Usaha-Usaha Mengembangkan Keterampilan
Motorik
Orang
yang memiliki suatu keterampilan motorik, mampu melakukan suatu rangkaian
gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara
gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu. Keterampilan semacam ini
disebut motorik, karena otot, urat, dan persendian terlibat secara langsung,
sehingga keterampilan sungguh-sungguh berakar dalam kejasmanian. Belajar
ketrampilan motorik menuntut kemampuan untuk merangkaikan sejumlah gerak-gerik
jasmani, sampai menjadi suatu keseluruhan yang dilakukan dengan gencar dan
luwes, tanpa perlu memikirkan lagi secara mendetail apa yang dilakukan dan mengapa
dilakukan begini-begitu.
Walaupun
belajar keterampilan motorik mengutamakan gerakan-gerakan otot-otot, urat-urat
dan persendian dalam tubuh, namun diperlukan pengamatan melalui alat-alat indra
dan pengolahan secara kognitif yang melibatkan pengatahuan dan pemahaman.
Dalam
belajar keterampilan motorik, gerakan jasmani, persepsi, konsep dan kaidah,
pengetahuan, bahkan sikap, semuanya memegang peranan, namun pengaturan
gerakan-gerakan jasmani dan koordinasi antara gerakan pada berbagai anggota
badan, memegang peranan utama dan menjadikan jalur belajar ini sebagai suatu
proses belajar tersendiri. Oleh karena itu jalur belajar ketrampilan motorik
bukanlah jalur belajar kemahiran intelektual, belajar sikap atau belajar
informasi verval, meskipun mendapat dukungan dari hasil-hasil yang diperoleh
dalam belajar bidang-bidang itu.
Sifat
khas dari belajar ketrampilan motorik adalah latihan,
hal ini memegang peranan pokok untuk mendarah dagingkan keterampilan yang
sedang dipelajari. Tanpa latihan orang tidak mungkin menguasai keterampilannya
sampai menjadi milik jasmani, karena berlatih itu membutuhkan waktu. Suatu
konsep dapat ditangkap dalam waktu singkat, tapi tidak berlaku dalam
ketrampilan motorik. Selain latihan, perlu juga dikuasai prosedur bolak balik
yang harus diikuti dan prosedur kordinasi antara
anggota-anggota badan. Prosedur ini menjadi semacam “program mental”.
Mempelajari prosedur dikenal dengan istilah “fase kongitif” dan proses latihan
dikenal dengan istilah “fase fiksasi”.
Suatu
keterampilan motorik terdiri atas sejumlah komponen yang merupakan subketerampilan-subketerampilan
atau keterampilan bagian. subketerampilan-sub-keterampilan itu harus dikuasai,
karena merupakan bagian inti dalam keseluruhan keterampilan. Subketerampilan
itu kemudian dilatih tersendiri, kemudian dihubungkan satu sama lain, sehingga
sambil berlatih keseluruhan rangkaian gerak-gerik dan terkoordinasi.
Latihan-latihan itu sebaiknya disebarkan dan tidak dilakukan secara terus-menerus
tanpa berhenti-henti. Hal ini penting untuk mendapatkan umpan balik, demi
memungkinkan penyempurnaan, baik dalam pengaturan waktu maupun dalam
peningkatan keluwesan serta kegencarannya. Umpan balik ini dapat berupa
intrinsik maupun ekstrinsik.
Umpan
balik intrinsik berbentuk konfirmasi dari otot-otot, urat dan persendian apakah
sudah tepat atau belum, seolah-olah terdapat program motorik, yang tertanam
dalam kejasmanian seseorang yang mengadakan kontrol terhadap keseluruhan
rangkaian gerak-gerik. Umpan balik ekstrinsik berbentuk konfirmasi dari
lingkungan, apakah rangkaian gerak-gerik sudah tepat atau belum, misalnya suatu
latihan yang diberikan oleh instruktur.
F.
Aspek
Keterampilan Motorik
Menurut
konsep Bloom menjelaskan bahwa terdapat pemilahan dalam aspek ketrampilan
motorik (Ranah Psikomotorik) sebagai berikut:
a. Persepsi
: mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat
antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik
yang khas pada masing-masing rangsangan. Kemampuan ini dinyatakan dalam suatu
reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulasi) dan
perbedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada.
b. Kesiapan
: mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu
gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan
jasmani dan mental.
c. Gerakan
terbimbing : mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian
gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi). Kemampuan ini dinyatakan
dalam menggerakkan anggota tubuh, meurut contoh yang diperlihatkan atau
diperdengarkan.
d. Gerakan
yang terbiasa : mencakup kemampuan untuk melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa
memperhatikan lagi contoh yang diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam
menggerakkan anggota-anggota tubuh, sesuai dengan prosedur yang tepat, seperti
dalam menggerakkan kaki, lengan dan tangan secara terkoordinir.
e. Gerakan
yang komplek : mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan,
yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien.
Kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutandan
menggabungkan beberapa subketrampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik
yang teratur.
f. Penyesuaian
pola gerakan : mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan
menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan persyaratan
khusus yang berlaku. Kemampuan ini dinyatakan dalam menunjukkan suatu taraf
ketrampilan yang telah mencapai kemahiran
g. Kreativitas
: mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru,
seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya orang-orang yang
berketrampilan tinggi dan berani berfikir kreatif, akan mampu mencapai tingkat
kesempurnaan ini.
Dari
uraian tersebut di atas, nampak peranan dan wujud dari beberapa fase dalam
belajar ketrampilan motorik yaitu :
1. Fase
motivasi : sangat berperanan, lebih-lebih bila keterampilan yang
dipelajari membutuhkan usaha kontinyu dan banyak waktu latihan.
2. Fase
konsentrasi : berperan dalam belajar ketrampilan yang menuntut pengamatan
terhadap lingkungan untuk menentukan posisi badan dan memperkirakan jarak
3. Fase
pengolahan : mempelajari prosedur yang harus diikuti dan melatih diri, baik
subketrampilan maupun keseluruhan rangkaian gerak-gerik, disertai koordinasi.
Fase ini memegang peranan pokok.
4. Fase
menggali : menggali program mental yang tersimpan dalam ingatan jangka waktu
lama, dan program mental ini langsung menjadi masukan bagi fase prestasi dan
tidak disalurkan melalui ingatan jangka waktu singkat.
5. Fase
umpan balik : konfirmasi mengambil wujud umpan balik intrinsik atau ekstrinsik,
yang berperan dalam penyempurnaan keterampilan sampai semuanya berjalan
otomatis.
G.
Hal Penting
dalam Mempelajari Keterampilan Motorik
Keterampilan
motorik tidak akan berkembang melalui kematangan saja, melainkan keterampilan
itu harus dipelajari. Delapan hal penting dalam mempelajari keterampilan
motorik, yaitu :
1. Kesiapan
Belajar
Apabila
pembelajaran itu dikaitkan dengan kesiapan belajar, maka keterampilan yang
dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama oleh orang yang sudah siap, akan
lebih unggul dibandingkan oleh orang yang belum siap untuk belajar.
2. Kesempatan
Belajar
Banyak
anak yang tidak berkesempatan untuk mempelajari keterampilan motorik karena
hidup dalam lingkungan yang tidak menyediakan kesempatan belajar atau karena
orang tua takut hal yang demikian akan melukai anaknya.
3. Kesempatan
berpraktek
Anak
harus diberi kesempatan untuk berpraktek sebanyak yang diperlukan untuk
menguasai suatu keterampilan. Meskipun demikian, kualitas praktek jauh lebih
penting dibandingkan kuantitasnya.
4. Model
yang baik
Meniru
suatu model dalam keterampilan motorik harus dicontohkan dengan baik, karena
berkaitan dengan gerak tubuh. Sehingga contoh model yang dilihat anak adalah
model yang baik dan benar.
5. Bimbingan
Untuk
dapat meniru suatu model dengan betul, anak membutuhkan bimbingan. Bimbingan
juga membantu anak membetulkan suatu kesalahan sebelum kesalahan tersebut
terlanjur dipelajari dengan baik sehingga sulit dibetulkan kembali.
6. Motivasi
Motivasi
belajar penting untuk mempertahankan minat dari ketertinggalan. Untuk
mempelajari keterampilan, sumber motivasi umum adalah kepuasan pribadi yang
diperoleh anak dari kegiatan tersebut, kemandirian, dan gengsi yang diperoleh
dari kelompok sebayanya, serta kompensasi terhadap perasaan kurang mampu dalam
bidang lain khususnya dalam tugas sekolahnya.
7. Setiap
Keterampilan Motorik Harus Dipelajari Secara Individu
Tidak
ada hal-hal yang sifatnya umum perihal keterampilan tangan dan keterampilan
kaki. Melainkan, setiap jenis keterampilan mempunyai perbedaan tertentu,
sehingga setiap keterampilan harus dipelajari secara individu.
8. Keterampilan
Sebaiknya Dipelajari Satu Demi Satu
Mempelajari
keterampilan motorik harus diberikan bertahap, tidak dengan secara bersamaan.
Apabila anak mencoba mempelajari berbagai macam keterampilan motorik secara
serempak, khususnya menggunakan kumpulan otot yang sama akan membingingkan anak
dan akan menghasilkan keterampilan yang jelek serta merupakan pemborosan waktu
dan tenaga. Jika suatu keterampilan sudah dikuasai, maka keterampilan lain
dapat dipelajari tanpa menimbulkan kebingungan.
H.
Cara
Mempelajari Keterampilan Motorik
1. Belajar
Coba dan Ralat (Trial and Error)
Belajar
suatu keterampilan motorik tidak dengan serta merta dapat dilakukan oleh anak.
Mereka mencoba-coba gerakan yang ditirunya sampai anak merasa nyaman dan
memberikan variasi pada gerakan-gerakan tersebut.
2. Meniru
Belajar
dengan meniru atau mengamati suatu model akan lebih cepat dibandingkan dengan
belajar coba dan ralat, tetapi dibatasi oleh kesalahan yang terdapat dalam
model tersebut. Anak di usia dini lebih banyak belajar dari contoh atau praktek
secara langsung yang dilakukan oleh orang dewasa disekitarnya.
3. Pelatihan
Belajar
dengan bimbingan atau supervisi, pada waktu model memperlihatkan keterampilan
dan memperhatikan bahwa anak menirunya dengan tepat sangat penting dalam tahap
belajar awal. Gerakan yang salah dan kebiasaan jelek yang sudah tertanam akan
sukar ditiadakan.
I.
Kategori
Fungsi Keterampilan Motorik Anak Usia Dini
1. Keterampilan
Bantu Diri (Self-Help)
Untuk
mencapai kemandiriannya, anak harus mempelajari keterampilan motorik yang
memungkinkan mereka mampu melakukan segala sesuatu bagi diri mereka sendiri.
Keterampilan tersebut meliputi keterampilan makan, berpakaian, merawat diri,
dan mandi.
2. Keterampilan
Bantu sosial (Social-Help)
Untuk
menjadi anggota kelompok social yang diterima di dalam keluarga, sekolah, dan
lingkungan sekitar rumah/tetangga, anak harus menjadi anggota kooperatif. Untuk
mendapatkan penerimaan kelompok tersebut diperlukan keterampilan tertentu
seperti membuat atau membantu pekerjaan rumah atau sekolah.
3. Keterampilan
Bermain
Untuk
dapat menikmati kegiatan kelompok sebaya atau untuk dapat menghibur diri diluar
kelompok sebaya, anak harus mempelajari keterampilan bermain yang dimiliki oleh
teman sebayanya sehingga anak dapat diakui dan diterima oleh teman sebayanya
dalam permainan.
4. Keterampilan
Sekolah
Pada
tahun permulaan sekolah, sebagian besar pekerjaan melibatkan keterampilan
motorik. Semakin banyak dan semakin baik keterampilan yang dimiliki, semakin
baik pula penyesuaian social yang dilakukan dan semakin baik prestasi akademis
maupun dalam prestasi yang bukan akademis.
J.
Bahaya Dalam
Perkembangan Keterampilan Motorik
1. Keterlambatan
Keterampilan Motorik
Perkembangan
motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang berada dibawah norma
usia anak. Akibatnya pada usia tertentu anak tidak menguasai tugas perkembangan
yang diharapkan oleh kelompok sosialnya. Banyak penyebab terlambatnya
perkembangan motorik, sebagian dapat dikendalikan dan sebagian lagi tidak dapat
dikendalikan. Hal ini dimungkinkan adanya kerusakan otak pada waktu lahir atau
kondisi pralahir yang tidak menguntungkan atau lingkungan yang tidak kondusif
pada permulaan pasca lahir.
Akan
tetapi, keterlambatan lebih sering disebabkan oleh kurangnya kesempatan untuk
mempelajari keterampilan motorik, perlindungan orang tua yang berlebihan, atau
kurangnya motivasi anak untuk mempelajari keterampilan tersebut. Pengaruh
perkembangan keterampilan motorik yang terlambat berbahaya bagi penyesuaian
sosial dan pribadi anak yang baik. Ada dua alasan tentang bahaya tersebut ;
pertama, hal ini dapat menimbulkan akibat tidak menguntungkan konsep diri anak.
Akibatnya sering menimbulkan masalah perilaku dan emosi pada anak. Kedua,
keterlambatan perkembangan keterampilan motorik berbahaya karena tidak
menyediakan landasan bagi keterampilan motorik. apabila upaya mempelajari keterampilan
motorik terlambat karena terlambatnya peletakan landasan bagi keterampilan
tersebut, maka akan mengalami kerugian pada saat mereka mulasi bermain dengan
teman kelompok sebayanya. Hal ini dikarenaka hubungan sosial awal teruta
berlangsung dalam bentuk bermain.
2. Harapan
Keterampilan Yang Tidak Realistis
Harapan
yang tidak relistik adalah harapan yang lebih banyak didasarkan atas harapan
dan keinginan dibandingkan dengan atas potensi anak sendiri. Pada perkembangan
keterampilan motorik anak diharapkan dapat mengendalikan motorik dan
mempelajari keterampilan tersebut sebelum mereka matang dan siap melakukannya.
Sebagian harapan yang tidak realistis timbul dari orang tua, sebagian dari
guru, dan sebagian lagi dari anak sendiri. Terlepas dari sumbernya, harapan
yang demikian berbahaya bagi penyesuaian sosial dan pribadi anak yang baik.
Harapan
yang tidak realistik itu, apakah tumbuh dari orang tua, guru, atau dari anak
itu sendiri, secara psikologis merugikan anak.
Ketidakmampuan
berbuat sesuai dengan harapan, membuat anak merasa rendah diri dan tidak
terampil. Perasaan ini dapat merongsong rasa percaya diri dan melemahkan
motivasi untuk mempelajari keterampilan yang lain. Selain itu, jika anak
dikritik dan ditegur mereka akan kecewa dan menentang. Ini menimbulkan akibat
yang tidak menguntungkan bagi penyesuaian sosial anak, tidak hanya dengan
mereka yang bertanggung jawab atas harapan yang tidak terlibit dalam situasi
tersebut.
3. Kegagalan
Mempelajari Keterampilan Yang Penting Bagi Penyesuaian Sosial Dan Pribadi Anak
Kegagalan
mempelajari keterampilan motorik yang penting bagi anak atau bagi kelompok
sebaya mereka, akan merugikan penyesuaian sosial dan pribadi anak. Sebagai
contoh, karena anak memerlukan keterampilan bantu diri untuk dapat mandiri, maka
anak yang tidak dapat mempelajari keterampilan tersebut pada pada waktu
keinginan untuk mandiri semakin kuat. Dalam tahun kedua dan ketiga anak akan
merasa rendah diri dan karena tidak dapat diterima sebagai anggota kelompok
sebaya, anak akan menjadi pemberang jika mereka harus bergantung pada yang lain
untuk mendapatkan bantuan.
Demikian
juga halnya, apabila anak ingin diterima sebagai anggota kelompok sebaya,
kegagalan mempelajari permainan dan keterampilan bantu diri yang sangat
membantu bagi penerimaan sosial, akan menghasilkan penyesuaian sosial dan
pribadi yang jelek. Hal ini dikarenakan anak tidak dapat melakukan apa yang
dikerjakan oleh kelompok sebayanya mereka akan merasa rendah diri dan karena
mereka tidak dapat diterima sebagai anggota kelompok sebaya, maka anak akan
menjadi orang yang tidak terkendali.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keterampilan
motorik merupakan suatu keterampilan dalam melakukan/ melaksanakan (execute)
yang menunjukkan suatu susunan keterampilan yang tinggi dalam arti perbuatan
yang dimiliki siswa secara spesifik, lancar dan efisien seperti menyetir mobil,
naik sepeda. Dalam teori
perkembangan anak, ketrampilan motorik berkoordinasi dengan otak sehingga
sangat mempengaruhi kognitif (berpikir). Contoh , apabila mereka terampil
menggambar, menggunting atau menempel, maka gerakan-gerakan halus ini nantinya
akan membantu anak lebih mudah belajar menulis. Anak-anak SD yang sangat kaku
memegang pensil dan tulisannya tak beraturan merupakan akibat kemampuan motorik
halusnya tidak terlatih dengan baik sejak kecil.
Ciri
khas dari keterampilan motorik ialah otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik
berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel, tanpa
dibutuhkan banyak refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti
urutan gerak-gerik tertentu.
B.
Saran
Sejak
kecil, anak harus sudah menguasai berbagai keterampilan motorik, seperti
mengenakan pakaian sendiri, mempergunakan alat-alat makan, mengucapkan
bunyi-bunyi yang berarti, sehingga dapat berkomunikasi dengan dengan baik
kepada saudara-saudara dan orang lain . Pada waktu masuk SD anak memperoleh keterampilan-keterampilan
baru, sepertu menulis dengan memegang alat tulis dan membuat
gambar-gambar, keterampilan-keterampilan
ini akan menjadi bekal dalam perkembangan kognitifnya. Sewaktu anak di Sekolah
Menengah, dia masih mendapat pelajaran mengembangkan ketrampilan motorik,
seperti berolahraga.
DAFTAR PUSTAKA
Diakses pada tanggal
30 Maret 2015 pukul 20.00 wib.
Qomariyah, Nurul. 2009. Keterampilan
Motorik. https://alyaqanitha.wordpress.
com/2009/02/08/ketrampilan-motorik-dan-sikap/.
Diakses pada tanggal 30
Maret 2015 pukul 16.00
wib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar