Kamis, 16 Maret 2017

Makalah Perkembangan Motorik



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia, berketerampilan motorik memegang peranan yang sangat pokok. Seorang anak kecil sudah harus menguasai berbagai keterampilan motorik, seperti mengenakan pakaian sendiri, mempergunakan alat-alat makan, mengucapkan bunyi-bunyi yang berarti, sehingga dapat berkomunikasi dengan saudara-saudara dan lain sebagainya. Pada waktu masuk SD anak memperoleh keterampilan-keterampilan baru, seperti menulis dengan memegang alat tulis dan membuat gambar-gambar; keterampilan-keterampilan ini menjadi bekal dalam perkembangan kognitifnya. Sewaktu anak di Sekolah Menengah, dia masih mendapat pelajaran mengembangkan keterampilan motorik, seperti berolah raga. Banyak pula tersedia kursus-kursus yang mengajarkan berbagai keterampilan motorik seperti engendarai mobil, mengetik, menjahit.

B.     Rumusan Masalah
1.      Jelaskan pengertian keterampilan motorik?
2.      Apa saja ciri-ciri dari keterampilan motorik?
3.      Apa saja aspek dari keterampilan motorik?
4.      Berapakah usia mencapai tingkat motorik?
5.      Bagaimana cara mengembangkan keterampilan motorik?
6.      Bagaimana cara mempelajari keterampilan motorik?

C.    Tujuan
1.      Agar pembaca mengetahui pengertian motorik.
2.      Agar pembaca mengetahui ciri-ciri dari keterampilan motorik.
3.      Agar pembaca mengetahui aspek-aspek keterampilan motorik.
4.      Agar pembaca mengetahui usia yang mencapai tingkat motorik.
5.      Agar pembaca mengetahui cara mengembangkan dan mempelajari  keterampilan motorik.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Keterampilan Motorik
Keterampilan motorik merupakan suatu keterampilan dalam melakukan/ melaksanakan (execute) yang menunjukkan suatu susunan keterampilan yang tinggi dalam arti perbuatan yang dimiliki siswa secara spesifik, lancar dan efisien seperti menyetir mobil, naik sepeda. Adanya keterampilan motrik ini menuntut kemampuan untuk merangkaikan sejumlah gerak gerik jasmani, sampai menjadi suatu keseluruhan yang dilakukan dengan gencar dan luwes, tanpa perlu memikirkan lagi secara mendetail apa yang dilakukan dan mengapa dilakukan. Belajar keterampilan motorik ini mengutamakan gerakan-gerakan otot, urat-urat dan persendian dalam tubuh, namum diperlukan peralatan melalui alat-alat indera dan pengolahan secara kognitif yang melibatkan pengetahuan dan pemahaman. karena kompleksitas ini, belajar keterampilan motorik oleh sejumlah ahli psikologi belajar disebut perseptual motor skill atau psychomotor skill

B.     Ciri-Ciri Keterampilan Motorik
Dalam teori perkembangan anak, keterampilan motorik berkoordinasi dengan otak sehingga sangat mempengaruhi kognitif (berpikir). Contoh , apabila mereka terampil menggambar, menggunting atau menempel, maka gerakan-gerakan halus ini nantinya akan membantu anak lebih mudah belajar menulis. Anak-anak SD yang sangat kaku memegang pensil dan tulisannya tak beraturan merupakan akibat kemampuan motorik halusnya tidak terlatih dengan baik sejak kecil.
Di usia prasekolah, gerakan tangan anak (handstroke) sudah pada taraf mem-buat pola (pattern making). Ini tingkat paling sulit karena anak harus membuat bangun/bentuk sendiri. Jadi, betul-betul dituntut hanya mengandalkan imajinasinya.
Misal, menggambar bebas, mencipta mobil balap dari lego atau membangun rumah dari balok-balok aneka warna. Di sini anak dihadapkan pada pilihan kompleks misal penggunaan warna dan bidang-bidang geometris. Kemudian, anak diharapkan bisa mengomunikasikan hasil ciptaannya. Meski awalnya mungkin belum berstruktur atau terpola rapi, minimal anak sudah mencoba kemampuan bahasanya dengan mengkomunikasikan hasil imajinasinya pada orang lain.
Dengan demikian, dalam patern making, anak bukan hanya dilatih keterampilan motorik halusnya, melainkan juga struktur kognitif dan perkembangan bahasanya. Saat ia membangun rumah dari balok-balok aneka warna, misal, struktur kognitifnya bisa dilihat dari caranya memadukan warna, menyesuaikan bentuk antara kanan dan kiri, dan lainnya. Di sini ia belajar melihat segala sesuatu secara berstruktur, bahkan apa pun yang kelihatannya abstrak. Sedangkan pada keterampilan motorik kasar, anak usia prasekolah sudah mampu menggerakkan seluruh anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan-gerakan seperti berlari, memanjat, naik-turun tangga, melempar bola, bahkan melakukan dua gerakan sekaligus seperti melompat sambil melempar bola.
Ciri khas dari keterampilan motorik ialah otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel, tanpa dibutuhkan banyak refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti urutan gerak-gerik tertentu.

C.    Usia-Usia Mencapai Tingkat Motorik
Perkembangan motorik pada usia (0-4 TAHUN) ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak – anak terus melaku-kan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permain-an. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olah-raga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll. Beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode ini, antara lain :
a.       Anak Usia 5 Tahun
·         Mampu melompat dan menari
·         Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan
·         Dapat menghitung jari – jarinya
·         Mendengar dan mengulang hal – hal penting dan mampu bercerita
·         Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
·         Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya
·         Mampu membedakan besar dan kecil
b.      Anak Usia 6 Tahun
·         Ketangkasan meningkat
·         Melompat tali
·         Bermain sepeda
·         Mengetahui kanan dan kiri
·         Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan
·         Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
c.       Anak Usia 7 Tahun
·         Mulai membaca dengan lancar
·         Cemas terhadap kegagalan
·         Peningkatan minat pada bidang spiritual
·         Kadang Malu atau sedih
d.      Anak Usia 8 – 9 Tahun
·         Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
·         Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
·         Ketrampilan lebih individual
·         Ingin terlibat dalam sesuatu
·         Menyukai kelompok dan mode
·         Mencari teman secara aktif.
e.       Anak Usia 10 – 12 Tahun
·         Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh yang berhubungan
·         dengan pubertas mulai tampak
·         Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur pakaian sendiri , dll.
·         Adanya keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu orang lain
·         Mulai tertarik dengan lawan jenis.

D.    Kawasan Psikomotorik
Kawasan psikomotor adalah kawasan yang berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Dengan demikian maka kawasan psikomotor adalah kawasan yang berhubungan dengan seluk beluk yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot oleh fikiran sehingga diperoleh tingkat keterampilan fisik tertentu. Kelompok-kelompok tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Gerakan seluruh badan (gross body movement)
Gerakan seluruh badan adalah perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang memerlukan gerakan fisik secara menyeluruh.
b.      Gerakan yang terkoordinasi (coordination movements)
Gerakan yang terkoordinasi adalah gerakan yang dihasilkan dari perpaduan antara fungsi salah satu lebih indera manusia dengan salah satu anggota badan.
c.       Komunikasi nonverbal (nonverbal communication)
Komunikasi non verbal adalah hal-hal yang berkenaan dengan komunikasi yang menggunakan symbol-simbol atau isyarat, misalnya; isyarat, dengan tangan, anggukan kepala, ekspresi wajah, dan lain-lain.
d.      Kebolehan dalam berbicara (speech behavior)
Kebolehan dalam berbicara dalam hal-hal yang berhubungan dengan koordinasi gerakan tangan atau anggota badan lainnya dengan ekspresi dan kemampuan berbicara.
E.     Usaha-Usaha Mengembangkan Keterampilan Motorik
Orang yang memiliki suatu keterampilan motorik, mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu. Keterampilan semacam ini disebut motorik, karena otot, urat, dan persendian terlibat secara langsung, sehingga keterampilan sungguh-sungguh berakar dalam kejasmanian. Belajar ketrampilan motorik menuntut kemampuan untuk merangkaikan sejumlah gerak-gerik jasmani, sampai menjadi suatu keseluruhan yang dilakukan dengan gencar dan luwes, tanpa perlu memikirkan lagi secara mendetail apa yang dilakukan dan mengapa dilakukan begini-begitu.
Walaupun belajar keterampilan motorik mengutamakan gerakan-gerakan otot-otot, urat-urat dan persendian dalam tubuh, namun diperlukan pengamatan melalui alat-alat indra dan pengolahan secara kognitif yang melibatkan pengatahuan dan pemahaman.
Dalam belajar keterampilan motorik, gerakan jasmani, persepsi, konsep dan kaidah, pengetahuan, bahkan sikap, semuanya memegang peranan, namun pengaturan gerakan-gerakan jasmani dan koordinasi antara gerakan pada berbagai anggota badan, memegang peranan utama dan menjadikan jalur belajar ini sebagai suatu proses belajar tersendiri. Oleh karena itu jalur belajar ketrampilan motorik bukanlah jalur belajar kemahiran intelektual, belajar sikap atau belajar informasi verval, meskipun mendapat dukungan dari hasil-hasil yang diperoleh dalam belajar bidang-bidang itu.
Sifat khas dari belajar ketrampilan motorik adalah latihan, hal ini memegang peranan pokok untuk mendarah dagingkan keterampilan yang sedang dipelajari. Tanpa latihan orang tidak mungkin menguasai keterampilannya sampai menjadi milik jasmani, karena berlatih itu membutuhkan waktu. Suatu konsep dapat ditangkap dalam waktu singkat, tapi tidak berlaku dalam ketrampilan motorik. Selain latihan, perlu juga dikuasai prosedur bolak balik yang harus diikuti dan prosedur kordinasi antara anggota-anggota badan. Prosedur ini menjadi semacam “program mental”. Mempelajari prosedur dikenal dengan istilah “fase kongitif” dan proses latihan dikenal dengan istilah “fase fiksasi”.
Suatu keterampilan motorik terdiri atas sejumlah komponen yang merupakan subketerampilan-subketerampilan atau keterampilan bagian. subketerampilan-sub-keterampilan itu harus dikuasai, karena merupakan bagian inti dalam keseluruhan keterampilan. Subketerampilan itu kemudian dilatih tersendiri, kemudian dihubungkan satu sama lain, sehingga sambil berlatih keseluruhan rangkaian gerak-gerik dan terkoordinasi. Latihan-latihan itu sebaiknya disebarkan dan tidak dilakukan secara terus-menerus tanpa berhenti-henti. Hal ini penting untuk mendapatkan umpan balik, demi memungkinkan penyempurnaan, baik dalam pengaturan waktu maupun dalam peningkatan keluwesan serta kegencarannya. Umpan balik ini dapat berupa intrinsik maupun ekstrinsik.
Umpan balik intrinsik berbentuk konfirmasi dari otot-otot, urat dan persendian apakah sudah tepat atau belum, seolah-olah terdapat program motorik, yang tertanam dalam kejasmanian seseorang yang mengadakan kontrol terhadap keseluruhan rangkaian gerak-gerik. Umpan balik ekstrinsik berbentuk konfirmasi dari lingkungan, apakah rangkaian gerak-gerik sudah tepat atau belum, misalnya suatu latihan yang diberikan oleh instruktur.

F.     Aspek Keterampilan Motorik
Menurut konsep Bloom menjelaskan bahwa terdapat pemilahan dalam aspek ketrampilan motorik (Ranah Psikomotorik) sebagai berikut:
a.       Persepsi : mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulasi) dan perbedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada.
b.      Kesiapan : mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.
c.       Gerakan terbimbing : mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi). Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota tubuh, meurut contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan.
d.      Gerakan yang terbiasa : mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota-anggota tubuh, sesuai dengan prosedur yang tepat, seperti dalam menggerakkan kaki, lengan dan tangan secara terkoordinir.
e.       Gerakan yang komplek : mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien. Kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutandan menggabungkan beberapa subketrampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang teratur.
f.       Penyesuaian pola gerakan : mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan persyaratan khusus yang berlaku. Kemampuan ini dinyatakan dalam menunjukkan suatu taraf ketrampilan yang telah mencapai kemahiran
g.      Kreativitas : mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya orang-orang yang berketrampilan tinggi dan berani berfikir kreatif, akan mampu mencapai tingkat kesempurnaan ini.
Dari uraian tersebut di atas, nampak peranan dan wujud dari beberapa fase dalam belajar ketrampilan motorik yaitu :
1.      Fase motivasi : sangat berperanan, lebih-lebih bila keterampilan yang dipelajari membutuhkan usaha kontinyu dan banyak waktu latihan.
2.      Fase konsentrasi : berperan dalam belajar ketrampilan yang menuntut pengamatan terhadap lingkungan untuk menentukan posisi badan dan memperkirakan jarak
3.      Fase pengolahan : mempelajari prosedur yang harus diikuti dan melatih diri, baik subketrampilan maupun keseluruhan rangkaian gerak-gerik, disertai koordinasi. Fase ini memegang peranan pokok.
4.      Fase menggali : menggali program mental yang tersimpan dalam ingatan jangka waktu lama, dan program mental ini langsung menjadi masukan bagi fase prestasi dan tidak disalurkan melalui ingatan jangka waktu singkat.
5.      Fase umpan balik : konfirmasi mengambil wujud umpan balik intrinsik atau ekstrinsik, yang berperan dalam penyempurnaan keterampilan sampai semuanya berjalan otomatis.

G.    Hal Penting dalam Mempelajari Keterampilan Motorik
Keterampilan motorik tidak akan berkembang melalui kematangan saja, melainkan keterampilan itu harus dipelajari. Delapan hal penting dalam mempelajari keterampilan motorik, yaitu :
1.      Kesiapan Belajar
Apabila pembelajaran itu dikaitkan dengan kesiapan belajar, maka keterampilan yang dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama oleh orang yang sudah siap, akan lebih unggul dibandingkan oleh orang yang belum siap untuk belajar.
2.      Kesempatan Belajar
Banyak anak yang tidak berkesempatan untuk mempelajari keterampilan motorik karena hidup dalam lingkungan yang tidak menyediakan kesempatan belajar atau karena orang tua takut hal yang demikian akan melukai anaknya.



3.      Kesempatan berpraktek
Anak harus diberi kesempatan untuk berpraktek sebanyak yang diperlukan untuk menguasai suatu keterampilan. Meskipun demikian, kualitas praktek jauh lebih penting dibandingkan kuantitasnya.
4.      Model yang baik
Meniru suatu model dalam keterampilan motorik harus dicontohkan dengan baik, karena berkaitan dengan gerak tubuh. Sehingga contoh model yang dilihat anak adalah model yang baik dan benar.
5.      Bimbingan
Untuk dapat meniru suatu model dengan betul, anak membutuhkan bimbingan. Bimbingan juga membantu anak membetulkan suatu kesalahan sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan baik sehingga sulit dibetulkan kembali.
6.      Motivasi
Motivasi belajar penting untuk mempertahankan minat dari ketertinggalan. Untuk mempelajari keterampilan, sumber motivasi umum adalah kepuasan pribadi yang diperoleh anak dari kegiatan tersebut, kemandirian, dan gengsi yang diperoleh dari kelompok sebayanya, serta kompensasi terhadap perasaan kurang mampu dalam bidang lain khususnya dalam tugas sekolahnya.
7.      Setiap Keterampilan Motorik Harus Dipelajari Secara Individu
Tidak ada hal-hal yang sifatnya umum perihal keterampilan tangan dan keterampilan kaki. Melainkan, setiap jenis keterampilan mempunyai perbedaan tertentu, sehingga setiap keterampilan harus dipelajari secara individu.
8.      Keterampilan Sebaiknya Dipelajari Satu Demi Satu
Mempelajari keterampilan motorik harus diberikan bertahap, tidak dengan secara bersamaan. Apabila anak mencoba mempelajari berbagai macam keterampilan motorik secara serempak, khususnya menggunakan kumpulan otot yang sama akan membingingkan anak dan akan menghasilkan keterampilan yang jelek serta merupakan pemborosan waktu dan tenaga. Jika suatu keterampilan sudah dikuasai, maka keterampilan lain dapat dipelajari tanpa menimbulkan kebingungan.

H.    Cara Mempelajari Keterampilan Motorik
1.      Belajar Coba dan Ralat (Trial and Error)
Belajar suatu keterampilan motorik tidak dengan serta merta dapat dilakukan oleh anak. Mereka mencoba-coba gerakan yang ditirunya sampai anak merasa nyaman dan memberikan variasi pada gerakan-gerakan tersebut.
2.      Meniru
Belajar dengan meniru atau mengamati suatu model akan lebih cepat dibandingkan dengan belajar coba dan ralat, tetapi dibatasi oleh kesalahan yang terdapat dalam model tersebut. Anak di usia dini lebih banyak belajar dari contoh atau praktek secara langsung yang dilakukan oleh orang dewasa disekitarnya.
3.      Pelatihan
Belajar dengan bimbingan atau supervisi, pada waktu model memperlihatkan keterampilan dan memperhatikan bahwa anak menirunya dengan tepat sangat penting dalam tahap belajar awal. Gerakan yang salah dan kebiasaan jelek yang sudah tertanam akan sukar ditiadakan.

I.       Kategori Fungsi Keterampilan Motorik Anak Usia Dini
1.      Keterampilan Bantu Diri (Self-Help)
Untuk mencapai kemandiriannya, anak harus mempelajari keterampilan motorik yang memungkinkan mereka mampu melakukan segala sesuatu bagi diri mereka sendiri. Keterampilan tersebut meliputi keterampilan makan, berpakaian, merawat diri, dan mandi.
2.      Keterampilan Bantu sosial (Social-Help)
Untuk menjadi anggota kelompok social yang diterima di dalam keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar rumah/tetangga, anak harus menjadi anggota kooperatif. Untuk mendapatkan penerimaan kelompok tersebut diperlukan keterampilan tertentu seperti membuat atau membantu pekerjaan rumah atau sekolah.
3.      Keterampilan Bermain
Untuk dapat menikmati kegiatan kelompok sebaya atau untuk dapat menghibur diri diluar kelompok sebaya, anak harus mempelajari keterampilan bermain yang dimiliki oleh teman sebayanya sehingga anak dapat diakui dan diterima oleh teman sebayanya dalam permainan.
4.      Keterampilan Sekolah
Pada tahun permulaan sekolah, sebagian besar pekerjaan melibatkan keterampilan motorik. Semakin banyak dan semakin baik keterampilan yang dimiliki, semakin baik pula penyesuaian social yang dilakukan dan semakin baik prestasi akademis maupun dalam prestasi yang bukan akademis.

J.      Bahaya Dalam Perkembangan Keterampilan Motorik
1.      Keterlambatan Keterampilan Motorik
Perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang berada dibawah norma usia anak. Akibatnya pada usia tertentu anak tidak menguasai tugas perkembangan yang diharapkan oleh kelompok sosialnya. Banyak penyebab terlambatnya perkembangan motorik, sebagian dapat dikendalikan dan sebagian lagi tidak dapat dikendalikan. Hal ini dimungkinkan adanya kerusakan otak pada waktu lahir atau kondisi pralahir yang tidak menguntungkan atau lingkungan yang tidak kondusif pada permulaan pasca lahir.
Akan tetapi, keterlambatan lebih sering disebabkan oleh kurangnya kesempatan untuk mempelajari keterampilan motorik, perlindungan orang tua yang berlebihan, atau kurangnya motivasi anak untuk mempelajari keterampilan tersebut. Pengaruh perkembangan keterampilan motorik yang terlambat berbahaya bagi penyesuaian sosial dan pribadi anak yang baik. Ada dua alasan tentang bahaya tersebut ; pertama, hal ini dapat menimbulkan akibat tidak menguntungkan konsep diri anak. Akibatnya sering menimbulkan masalah perilaku dan emosi pada anak. Kedua, keterlambatan perkembangan keterampilan motorik berbahaya karena tidak menyediakan landasan bagi keterampilan motorik. apabila upaya mempelajari keterampilan motorik terlambat karena terlambatnya peletakan landasan bagi keterampilan tersebut, maka akan mengalami kerugian pada saat mereka mulasi bermain dengan teman kelompok sebayanya. Hal ini dikarenaka hubungan sosial awal teruta berlangsung dalam bentuk bermain.
2.      Harapan Keterampilan Yang Tidak Realistis
Harapan yang tidak relistik adalah harapan yang lebih banyak didasarkan atas harapan dan keinginan dibandingkan dengan atas potensi anak sendiri. Pada perkembangan keterampilan motorik anak diharapkan dapat mengendalikan motorik dan mempelajari keterampilan tersebut sebelum mereka matang dan siap melakukannya. Sebagian harapan yang tidak realistis timbul dari orang tua, sebagian dari guru, dan sebagian lagi dari anak sendiri. Terlepas dari sumbernya, harapan yang demikian berbahaya bagi penyesuaian sosial dan pribadi anak yang baik.
Harapan yang tidak realistik itu, apakah tumbuh dari orang tua, guru, atau dari anak itu sendiri, secara psikologis merugikan anak.
Ketidakmampuan berbuat sesuai dengan harapan, membuat anak merasa rendah diri dan tidak terampil. Perasaan ini dapat merongsong rasa percaya diri dan melemahkan motivasi untuk mempelajari keterampilan yang lain. Selain itu, jika anak dikritik dan ditegur mereka akan kecewa dan menentang. Ini menimbulkan akibat yang tidak menguntungkan bagi penyesuaian sosial anak, tidak hanya dengan mereka yang bertanggung jawab atas harapan yang tidak terlibit dalam situasi tersebut.
3.      Kegagalan Mempelajari Keterampilan Yang Penting Bagi Penyesuaian Sosial Dan Pribadi Anak
Kegagalan mempelajari keterampilan motorik yang penting bagi anak atau bagi kelompok sebaya mereka, akan merugikan penyesuaian sosial dan pribadi anak. Sebagai contoh, karena anak memerlukan keterampilan bantu diri untuk dapat mandiri, maka anak yang tidak dapat mempelajari keterampilan tersebut pada pada waktu keinginan untuk mandiri semakin kuat. Dalam tahun kedua dan ketiga anak akan merasa rendah diri dan karena tidak dapat diterima sebagai anggota kelompok sebaya, anak akan menjadi pemberang jika mereka harus bergantung pada yang lain untuk mendapatkan bantuan.
Demikian juga halnya, apabila anak ingin diterima sebagai anggota kelompok sebaya, kegagalan mempelajari permainan dan keterampilan bantu diri yang sangat membantu bagi penerimaan sosial, akan menghasilkan penyesuaian sosial dan pribadi yang jelek. Hal ini dikarenakan anak tidak dapat melakukan apa yang dikerjakan oleh kelompok sebayanya mereka akan merasa rendah diri dan karena mereka tidak dapat diterima sebagai anggota kelompok sebaya, maka anak akan menjadi orang yang tidak terkendali.

















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Keterampilan motorik merupakan suatu keterampilan dalam melakukan/ melaksanakan (execute) yang menunjukkan suatu susunan keterampilan yang tinggi dalam arti perbuatan yang dimiliki siswa secara spesifik, lancar dan efisien seperti menyetir mobil, naik sepeda. Dalam teori perkembangan anak, ketrampilan motorik berkoordinasi dengan otak sehingga sangat mempengaruhi kognitif (berpikir). Contoh , apabila mereka terampil menggambar, menggunting atau menempel, maka gerakan-gerakan halus ini nantinya akan membantu anak lebih mudah belajar menulis. Anak-anak SD yang sangat kaku memegang pensil dan tulisannya tak beraturan merupakan akibat kemampuan motorik halusnya tidak terlatih dengan baik sejak kecil.
Ciri khas dari keterampilan motorik ialah otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel, tanpa dibutuhkan banyak refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti urutan gerak-gerik tertentu.

B.     Saran
Sejak kecil, anak harus sudah menguasai berbagai keterampilan motorik, seperti mengenakan pakaian sendiri, mempergunakan alat-alat makan, mengucapkan bunyi-bunyi yang berarti, sehingga dapat berkomunikasi dengan dengan baik kepada saudara-saudara dan orang lain . Pada waktu masuk SD anak memperoleh keterampilan-keterampilan baru, sepertu menulis dengan memegang alat tulis dan membuat gambar-gambar,  keterampilan-keterampilan ini akan menjadi bekal dalam perkembangan kognitifnya. Sewaktu anak di Sekolah Menengah, dia masih mendapat pelajaran mengembangkan ketrampilan motorik, seperti berolahraga.


DAFTAR PUSTAKA


Diakses pada tanggal 30 Maret 2015 pukul 20.00 wib.
Qomariyah, Nurul. 2009. Keterampilan Motorik. https://alyaqanitha.wordpress.
Maret 2015 pukul 16.00 wib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar